Untuk Rancangan Awal RPJMD, Pemkab Gelar Konsultasi Publik
LEBAK – Pemerintah Kabupaten Lebak melaksanakan konsultasi publik dalam rangka Penusunan rancangan awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2019 – 2024 yang merupakan tahapan keempat dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) tahun 2005 – 2025 di Aula Multatuli Setda Lebak, Selasa (22/01/2019).
Menurut Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Lebak Dede Jaelani, kegiatan ini untuk menerima masukan dari masyarakat. Sekda Mengatakan, dengan Visi Lebak menjadi daerah yang maju dan religius berbasis perdesaan bermakna bahwa pada tahun 2025 lebak menjadi daerah yang maju dengan tetap memegang teguh nilai-nilai religius dengan mengandalkan potensi sumber daya yang ada di Perdesaan untuk mewadahi kegiatan agribisnis, agro industri, industri pengolahan, wisata dan lain-lain, dengan tetap memperhatikan fungsi ruang sebagai daerah konservasi sumber daya air.
“Kemajuan daerah tersebut diharapkan dapat memberikan kemakmuran dan pemerataan bagi semua lapisan masyarakat” ujarnya.
Dihadapan para kepala OPD, mahasiwa, aktivis peremepuan, tohon masyarakat, akademisi dan semua stakeholder yang hadir, Sekda Mengatakan bahwa karakteristik yang diharapkan terwujud pada tahap ke empat RPJPD tersebut yaitu pertembuhan ekonommi pada kisara 6% per-tahun, Kualitas SDM semakin meningkat, tumbuhnya wirausaha baru, kontribusi sektor jasa pada struktur ekonomi daerah semakin besar, meningkatnya penggunaan sistem informasi dan komunikasi yang tetap menjaga karakater masyarakat Lebak yang religius serta menerapkan e-government secara optimal untuk meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan.
Menurut Sekda, apabila dilihat dari perekonomian daerah, pendapatan daerah pada APBD tahun 2005 Sebesar Rp. 400 Milyar, meningkat menjadi Rp. 2,7 Trilyun pada tahun 2018 atau meningkat 675%, selanjutnya paenapatan perkapita penduduk pada tahun 2005 sebesar Rp. 4,1 juta, menjadi Rp. 21 juta atau meningkat 514%, penduduk miskin pada tahun 2005 sebesar 12,29%, pada tahun 2018 mengalami penurunan menjadi 8,4%. Pencapaian kinerja tersebut merupakan hasil dari kerja yang berkesinambungan dari 3 periode pemerintahan, masyarakat dan segenap stakeholder lainnya.
Sementara dari segi demografi, dalam kurun waktu 13 tahun jumlah penduduk lebak mengalami peningkatan sebesar 9,8% dari 1.172.800 jiwa pada tahun 2005 menjadi 1.288.103 jiwa pada tahun 2018.
Berkenaan dengan jumlah penduduk, Sekda mengatakan bahwa hal itu akan menjadi tantangan, karena menurutnya 5 sampai 10 tahun kedepan penduduk Lebak diperkirakan akan naik 2 kali lipat sekitar 2,5 juta jiwa. Peningkatan tersebut merupakan dampak dari pembangunan perumahan sebayak 300.000 unit di kota baru maja.
“Namun demikian pertumbuhan penduduk tersebut sekaligus menjadi pelung, karena akan bertambah konsumen yang menyerap hasi produksi baik sektor hulu maupun sektor hilir” uangkapnya.
Sementaraa akademisi Universitas Sultan Ageung Tirtayasa (Untirta) Serang, Gandung Ismanto mengatakan bahwa RPJMD yang akan berakhir di Tahun 2024 akan dibentuk RPJMD sekarang dan menjadi transisi RPJMD yang akan menentukan wajah dan karakter RPJP 20 Tahun kemudian jadi visi kedepan Lebak 2045 sama dengan visi RPJP Indonesia.
Visi pembangunan PRJMD Tahun 2019-2024 yaitu Kabupaten Lebak sebagai Destinasi Wisata Unggulan Nasional Berbasis Poptensi Lokal diharapkan menjadi jawaban terhadap kondisi saat ini dan dinamika yang akan terjadi dimasa 5 tahun kedepan.
Visi tersebut dihadirkan karena mempertimbangkan potensi daerah dibidang pariwisata cukup banyak dan semakin berkembang. Lebak merupakan daerah yang memliki potensi wisata cukup lengkap di Provinsi banten, misalnya wisata alam serperti hutan, pantai, air terjun dan lain-lain, wisata budatan seperti museum multatuli, pemanfaatan DAM Karian, water park serta sarana hiburan lainnya sebagai dampak pembangunan kota baru maja. Selain itu, Lebak memiliki potensi wisata budaya dan religi, wisata budaya yang dikenal baik secara nasional maupun internasional adalah wisata budaya Baduy, dengan budayanya yang berbeda dari suku lainnya, tentunya dapat menjadi aset wisata yang diunggulkan bukan hanya di Banten, namun juga secara nasional.
“Jika melihat bagaimana Bupati Lebak memilih visi sebagai daerah destinasi wisata, maka visi harus dilihat sebagai terobosan, karena sektor pariwisata peluang yang besar untuk mensinergitaskan seluruh sektor” kata Gandung. ADH