Bahaya Hoax Bagi Kesehatan Mental
Add New Post
Teknologi kini menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari hari. Teknologi menjadi elemen kunci untuk kelangsungan hidup manusia karena bisa membuat hidup lebih baik dan mudah. Terlebih saat pandemi kehadiran teknologi membantu kita dalam berkegiatan dimana perkembangan teknologi dalam berbagai bidang kehidupan sudah sangat pesat. Sebagai Negara berkembang Indonesia juga turut merasakan dampak dari kemajuan teknologi ini.
Saat ini hampir semua orang menggunakan media sosial sehingga hoax menjadi sangat mudah tersebar. Menurut Oxford Dictionary, Hoax disebut ”Milicious Deception” yang berarti kebohongan yang dibuat dengan tujuan jahat. Banyak orang yang menelan mentah-mentah informasi yang mereka dapatkan tanpa mengecek terlebih dahulu kebenarannya. Mengingat dampaknya yang buruk, Kita perlu menghindarinya. Hoax berdampak buruk untuk kondisi psikologis. Apabila begitu saja percaya dengan hoax akan menimbulkan trauma psikologis secara langsung maupun tidak langsung serta dapat menimbulkan kecemasan.
Dalam sebuah studi di University of California San Francisco, para psikolog sepakat bahwa hoax bisa memberikan dampak buruk pada kesehatan mental, seperti Post-Traumatic Stress Syndrome (PTSD), menimbulkan kecemasan, sampai kekerasan. Psikolog mengungkapka, orang yang terpapar berita hoax dapat membutuhkan terapi, karena diselimuti kecemasan, stres, dan merasa kesepian karena berita palsu.
Psikolog meyakini, berita hoax dihadirkan untuk memanipulasi banyak orang. Sebab, berita palsu bisa memanfaatkan kelompok orang yang takut, dan mengambil keuntungan ketakutan itu. Jangan menyepelekan dampak buruk berita hoax pada kesehatan mental. Sebab, efeknya bisa berlangsung dalam jangka panjang. Misalnya, mengganggu situasi emosional dan suasana hati yang berkepanjangan, sampai “menghantui” pikiran untuk waktu yang lama.
Dilansir dari SehatQ berikut cara yang dapat dilakukan untuk menghindari berita hoax demi kesehatan mental:
- Periksa Waktu Penerbitan Informasi
Waktu penerbitan informasi menjadi poin penting sebab banyak berita yang sudah tidak relevan, kemudian diangkat kembali untuk memanaskan suasana. Akibatnya, banyak orang yang bisa terkena dampak buruknya.
- Belajar Skeptis
Sebelum memercayai sebuah kabar, sebaiknya kita bertanya apakah sumbernya dapat dipercaya? Untuk menghindari berita Hoax, ada baiknya kita lebih teliti dalam memverifikasi sumber berita agar terhindar dari hoax.
- Saring Sebelum Sharing
Periksa fakta dan perhatikan sumber dari berita tersebut. Jika berasal dari satu sumber saja kita tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh. Selain itu kita bisa menilai apakah informasi tersebut itu masuk akal atau tidak, jika tidak maka bisa dipastikan berita tersebut Hoax.
- Melakukan Psychological First Aid (PFA)
Jika kita bertemu dengan seseorang yang terkena dampak psikologis karena terpapar hoax, contohnya orang sekitar yang dulunya periang, tapi kini mulai sering menyendiri dan mengurangi interaksi sosial. Perubahan sikap yang terjadi pada orang di sekeliling kita merupakan indikasi adanya perasaan tidak nyaman. Jika dibiarkan berlarut, bukan tidak mungkin seseorang yang awalnya sehat mental menjadi bermasalah mental.
Menurut WHO, ada tiga prinsip aksi dalam PFA, yaitu Look yang merupakan prinsip aksi mencermati situasi dan kondisi sekitar, apakah cukup aman atau tidak bagi seseorang. Berikutnya Listen, yaitu prinsip aksi mendengarkan dengan perhatian penuh, apabila orang tersebut memang mau bercerita. Sedangkan jika masalah emosional yang disebabkan oleh informasi hoax cukup berat, Kita dapat melakukan prinsip Link. Hubungkan orang yang terdampak Hoax dengan profesional di bidang kesehatan mental.
Perkembangan dunia digital memang dapat mempermudah kehidupan, namun jika kita tidak bijak dalam memilah dan memilih informasi dalam platform digital justru akan menyulitkan kehidupan kita ke depan.
Penulis : Nazwa Nurfadilah